Laman

Jumat, 31 Juli 2009

Iman Kristiani dan Adat Suku Karo

Iman Kristiani dan Budaya Suku Karo

Leluhur

Leluhur Suku Karo mempraktekkan budaya kehidupan bersama dalam hunian rumah adat Karo, Di dalam rumah adat Karo biasanya dihuni oleh delapan rumahtanggga dan umumnya kegiatan seluruh penghuni cenderung seragam rutin dan menyatu dengan alam. Seperti kapan memasak, kapan pula ke ladang dan kapan pula menumbuk padi ke lesung desa.

Mereka berbudaya dulu dan turun temurunnya kemudian mengenal agama. Di antaranya ada yang memeluk agama Kristen. Timbullah benturan, bagaimana iman kristiani menyikapi budaya leluhur dalam masa kini.

Kepercayaan

Memang budaya itu, merupakan terpadunya kepercayaan-kepercayaan seperti: bahwa sungai ada penunggunya, bahwa pohon besar ada yang menjaga, bahwa gunung ada penunggu.

Sungai dapat memberi air untuk kehausan, untuk mengairi sawah, untuk membersihkan diri. Dan kalau banjir besar terjadi banyak manusia bisa mati. Leluhur pun berprilaku. Tidak boleh buang hajat di sungai, anak-anak dilarang mandi di sungai tengah hari dan sebagainya.

Lalu, leluhur memohon kepada penguasa sungai, supaya sungai tidak banjir lagi.

Budaya

Cikal bakal adat pun terjadi di sana. Membuat leluhur harus bagaimana berprilaku, berhubungan dan menyembah.

Mengikat masyarakat leluhur untuk hidup bersama dan ada rasa memiliki jati diri, martabat, keamanan dan kesinambungan.

Inti jati diri Suku Karo adalah sangkep ngeluh alias pedoman masyarakat suku Karo untuk menentukan hubungan adat antar orang lazim disebut bertutur merupakan sistem hubungan kekerabatan pada masyarakat suku Karo.

Jati diri

Ada tiga jati diri Suku Karo. Dan setiap orang pada gilirannya akan mengemban salah satu jati diri untuk acara adat tertentu. Dan dimungkinkan pula pada oleh adat pada acara yang sama orang tersebut mengemban jati diri lain.

Jati diri itu:

  1. Senina
  2. Kalimbubu
  3. Anakberu

Perkawinan
Perkawinan adat Suku Karo didifinisikan, "... tidak saja mengikat kedua belah pihak yang berkawin saja, tetapi juga mengikat keseluruhan keluarga kedua pihak termasuk arwah-arwah leluhur mereka.
"...termasuk arwah-arwah leluhur mereka." hal inilah yang menjadi benturan ditijau dari Injili .


Imanku
Air gelas mineral kalau dimantera, maka ada berhala di air mineral itu. Iman Kristiani yang kumiliki melarang aku untu meminumnya. Tapi air gelas mineral yang lain tetap aku minum.


Minggu lalu aku melakukan kegiatan adat. Memasang hiasan kepala semacam topi pada orang tua penganten untuk upacara pernikahan adat perkawinan anaknya.


Makna adat leluhur dalam kegiatan itu mungkin sebagai berikut: (aku juga belum mendalami)
Aku adalah kalimbubu alias pemberi dara dalam keluarga orang tua penganten, dimaknakan sebagai pemberi berkat, rejeki, diistilahkan sebagai tuhan yang kelihatan di bumi.

Saat memasang topi itu aku berseru

"Haleluya,Tuhan memberkati"lalu kupasangkan.


Jakarta 29 Juli 2009