Laman

Sabtu, 15 Januari 2011

Perang Sunggal

Sabtu, 22 November 2008

Perang Sunggal, Pertempuran Tanpa Pahlawan

Bicara sejarah Kesultanan Deli, tidak dapat dipisahkan dari peristiwa sejarah lainnya. Salah satunya adalah peristiwa Perang Sunggal (Batak Oorlog) yang terjadi pada 1872-1895.
Ahli sejarah dan tokoh adat Melayu Tengku Lukman Sinar mengatakan, tidak ada seorangpun dinobatkan menjadi pahlawan dalam Perang Sunggal merupakan cacat sejarah. Dia memperkirakan Perang Sunggal yang mendapat medali khusus di Museum KNIL di Bronbeek Belanda, itu terbenam dalam sejarah perjuangan bangsa, karena perang itu disebut Belanda perang Batak Oorlog, sehingga yang muncul sebagai pahlawan nasional hanya Sisingamangaraja XII.
Padahal jelas dia, dalam Perang Sunggal yang disulut oleh Datuk Kecil merupakan catatan sejarah unik. Saat itu terjadi perseteruan antara Kedatukan Melayu Sunggal yang berasal dari Suku Karo Jawi, yakni Suku Karo yang turun gunung, melawan pemerintahan Belanda yang berkolaborasi dengan Kesultanan Deli yang merupakan anak beru (menantu) dari Kedatukan Sunggal.
Keturunan Keduabelas Kedatukan Sunggal, Datuk Chairil Anwar Surbakti, menambahkan, Kesultanan Deli disebut sebagai anak beru, sebab pada hakikatnya Kesultanan Deli berdiri disebabkan adanya pernkahan antara Gocah Pahlawan, sultan pertama Kesultanan Deli, dengan Nang Bahaluan, adik Datuk Hitam Surbakti dari Kedatukan Sunggal.
Namun pada 1870 Sultan Deli VIII Mahmud Perkasa Alam memberikan tanah subur dalam wilayah Sunggal untuk konsensi perkebunan kepada Maskapai Belanda De Rotterdam dan Deli Maschapij. Kenyataan ini tidak bisa diterima oleh rakyat Sunggal, sehingga menimbulkan kemarahan. Dengan dukungan rakyat, Datuk Badiuzzaman Surbakti dan adiknya, Datuk Alang Muhammad Bahar Surbakti angkat senjata terhadap pemerintah Belanda yang dibantu oleh Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam yang dianggap sudah menghianati Sunggal.
Akibat peperangan itu, banyak datuk Sunggal yang dibuang ke Pulau Jawa seumur hidup. Dua diantaranya yakni Datuk Badiuzzaman Surbakti dan adiknya, Datuk Alang Muhammad Bahar. Masing-masing dibuang ke Cianjur dan Banyumas.
Saat ini bukti kedua orang Melayu dari Kedatukan Sunggal yang dibuang ke Cianjur dan Banyumas itu makamnya dikenal dengan sebutan Makam Istana Deli, dan kedua makam itu dihormati oleh penduduk setempat�, ujarnya.
Arsip.
Sumber: Media Indonesia, Kamis 28 Agustus 2003, halaman 21.

--- In tanahkaro@yahoogroups.com, Redaksi SoraSirulo wrote:

Si Penulis Perang Sunggal Itu Telah Pergi: Selamat Jalan Tengku Lukman Sinar

Selasa, 04 Januari 2011

RASK, Penting Diselamatkan

Saya bermimpi ada seorang keluarga Suku Karo yang kaya raya membeli sebuah Rumah Adat Suku Karo (RASK).

Setelah dibeli kemudian orang kaya Suku Karo itu mendandani RASK dengan penuh perhatian dan penuh keiklasan mempersiapkan segala kebutuhan dana renovasi. RASK didandani dengan motifasi mengabadikan karya monumen Leluhur Suku Karo yang ingin dia wariskan kepada keurunannya dan kepada Suku Karo umumnya.

Tenologi masa kini diterapkan untuk menambah umur layak huni RASK dalam pelaksanaan renovasi. Catatan merenovasi di file rapi. Renovasi diusahakan ke bentuk asli dan dengan bahan asli. Catatan cara kerja yang diterapkan dicatat rapi untuk kebutuhan renovasi di kemudian hari yang akan dilakukan oleh keturunannya.

Dana renovasi di kemudian hari itupun telah disiapkan oleh beliau si orang kaya Suku Karo itu. Tata kelola RASK dan pemasukan sumber biaya operational sehari-hari RASK rapi di persiapkan sehingga tidak memberatkan anak cucu.